HarianLampung.co.id – Kota Metro telah berhasil membuktikan pencapaian luar biasa dalam hal angka kematian ibu dan bayi pada tahun 2022.
Angka kematian ibu (AKI) pada tahun tersebut berhasil ditekan hingga mencapai titik nihil atau tanpa kejadian. Sementara itu, angka kematian bayi (AKB) mencapai angka 13 kasus atau sekitar 5,12 per 1.000 kelahiran hidup.
Pencapaian yang luar biasa ini juga terus berlanjut pada tahun 2023, khususnya pada periode Januari hingga Juli.
Angka kematian ibu tetap berada pada titik nihil, menunjukkan komitmen serius Dinas Kesehatan Kota Metro dalam menjaga kesejahteraan ibu.
Namun, terdapat sedikit peningkatan pada angka kematian bayi, dengan mencatatkan 6 kasus.
Ridho Akbar, Sekretaris Dinkes Kota Metro, mengungkapkan bahwa keberhasilan ini tak lepas dari berbagai faktor dan perubahan yang dimulai bahkan sebelum kehamilan terjadi.
“Kami telah mengidentifikasi beberapa faktor risiko yang dapat mempengaruhi kasus-kasus ini, seperti kondisi wanita usia subur yang menderita anemia, kekurangan energi kalori (KEK), serta adanya penyakit penyerta seperti tuberkulosis (TB) dan faktor lainnya,” jelas Ridho pada Senin, 28 Agustus 2023.
Tidak hanya itu, masalah kesehatan selama masa kehamilan juga turut menjadi perhatian serius. Hipertensi, anemia, diabetes, penyakit jantung, dan kekurangan energi kalori (KEK) pada ibu hamil menjadi tantangan penting yang terus diatasi.
Terlebih lagi, ibu hamil dengan kondisi 4T (terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering, dan terlalu banyak) juga berisiko mengalami komplikasi serius yang dapat mengakibatkan kematian.
Definisi 4T ini melibatkan ibu hamil dengan berbagai karakteristik risiko. Pertama, ibu hamil yang usianya masih di bawah 20 tahun dianggap sebagai 4T.
Kedua, ibu hamil yang usianya lebih dari 35 tahun juga termasuk dalam kategori risiko ini. Ketiga, jarak antara kelahiran anak yang terlalu pendek, kurang dari 2 tahun, serta terlalu sering melahirkan dapat memicu risiko kesehatan yang lebih tinggi.
Terakhir, memiliki lebih dari 3 atau 4 anak hidup juga menjadi faktor risiko yang signifikan.
Namun, Dinkes Kota Metro juga menggarisbawahi bahwa ada faktor-faktor lain yang turut berperan, seperti aksesibilitas pelayanan kesehatan dan perilaku hidup sehat.
Faktor biaya, jarak, dan waktu masih menjadi kendala dalam upaya menghadirkan pelayanan kesehatan yang optimal bagi ibu hamil.
“Selain itu, mengadopsi perilaku sehat melalui pemeriksaan kehamilan teratur, persalinan di fasilitas medis yang dilakukan oleh tenaga kesehatan profesional, serta pemanfaatan kontrasepsi bagi yang masih dalam usia produktif, semuanya memiliki peran kunci dalam menurunkan risiko,” tambah Ridho.
Lebih lanjut, Dinkes Kota Metro menyebutkan bahwa salah satu penyebab utama kematian bayi adalah asfiksia, yang merupakan komplikasi serius dalam proses persalinan.
Kondisi ini terjadi saat bayi mengalami kekurangan oksigen sebelum atau saat kelahiran. Faktor infeksi juga memiliki dampak besar, termasuk sepsis, tetanus, tetanus neonatorum, diare, dan pneumonia pada bayi baru lahir.
Permasalahan berat badan lahir rendah juga menjadi fokus dalam upaya pencegahan kematian bayi. Bayi dengan berat lahir kurang dari 2.500 gram memiliki risiko tinggi terhadap masalah kesehatan bahkan kematian saat lahir.