Media Inspirasi Masa Kini

PKS Heran, Hasil Survei Tempatkan Amin Diurutan Paling Buncit, Ada Apa?

PKS Heran, Hasil Survei Tempatkan Amin Diurutan Paling Buncit, Ada Apa?
PKS Heran, Hasil Survei Tempatkan Amin Diurutan Paling Buncit, Ada Apa?

HarianLampung.co.id – Elektabilitas pasangan calon presiden-wakil presiden Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar sepertinya sedang menjadi perbincangan hangat dalam politik Tanah Air.

Berdasarkan survei terbaru, pasangan ini ditempatkan di urutan terakhir dalam daftar elektabilitas calon presiden-wakil presiden yang akan bertarung pada Pilpres 2024.

Meski begitu, Sekretaris Jenderal Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Habib Aboe Bakar Al-Habsyi, mengungkapkan keheranannya terhadap hasil survei ini.

“Saat survei jelek semua, tetapi di jalanan banyak massanya pasangan Anies-Muhaimin. Itu yang ga jelas, yang bener yang mana juga saya nggak tahu,” kata Aboe Bakar setelah menghadiri sebuah diskusi di Jakarta Selatan.

Mari kita coba membahas lebih dalam mengenai pasangan Anies-Muhaimin, serta alasan di balik penurunan elektabilitas mereka.

Anies-Muhaimin: Pasangan yang Dianggap ‘Tidak Masuk’ Awalnya

Menariknya, pasangan Anies-Muhaimin, yang digadang-gadang sebagai pasangan yang paling siap, awalnya dianggap sebelah mata oleh beberapa pihak.

Bagaimana hal ini bisa terjadi? Sekretaris Jenderal PKS, Habib Aboe Bakar, menyatakan, “Seakan-akan paslon ini nggak akan masuk, ternyata masuk gelombang pertama, daftar pertama, betapa siapnya si paslon.”

Ini menunjukkan bahwa pasangan Anies-Muhaimin telah berhasil mengubah pandangan skeptis tersebut dan menunjukkan kesiapannya dalam persaingan politik.

Namun, pertanyaannya adalah, mengapa elektabilitas mereka tetap rendah dalam survei?

PKS: Tulang Punggung Anies-Muhaimin

Dalam diskusi yang sama, pendiri Indo Barometer, Muhammad Qodari, menyatakan bahwa PKS merupakan tulang punggung kubu Anies-Muhaimin dalam mendulang suara.

“Semua kandidat kalau ada PKS pasti ramai (massanya) karena kemampuan mobilisasi dan militansi PKS luar biasa,” kata Qodari.

Hal ini bisa menjelaskan mengapa massa Anies-Muhaimin tampak banyak di lapangan, meskipun hasil survei menunjukkan elektabilitas Anies Baswedan lebih rendah dibandingkan dengan Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo.

Dalam survei yang dilakukan oleh Indikator Politik Indonesia, Anies Baswedan berada di urutan ketiga terkait elektabilitas di Jawa Timur dengan persentase 14,4 persen.

Elektabilitas Anies berada di bawah bakal calon presiden Ganjar Pranowo dengan 43,9 persen dan Prabowo Subianto dengan 33,8 persen. Sedangkan sebanyak 8,0 persen menyatakan tidak memilih atau tidak menjawab.

Penurunan Elektabilitas Anies-Muhaimin

Salah satu hal yang menarik untuk dicatat adalah penurunan elektabilitas Anies-Muhaimin setelah mereka mendeklarasikan diri berpasangan.

Menurut survei dari Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, elektabilitas Anies pada Agustus tercatat sebesar 19,7 persen, lalu turun sebesar 5,2 persen pada survei September sehingga menjadi 14,5 persen.

Alasan di balik penurunan ini masih menjadi misteri. Apakah ada faktor tertentu yang memengaruhi persepsi publik terhadap pasangan ini setelah mereka resmi bersatu dalam Pilpres 2024?

Tentu saja, ini adalah pertanyaan yang menarik untuk dijawab.

Pasangan Calon Presiden-wakil Presiden Lainnya

Pilpres 2024 akan menjadi pertarungan sengit, dan sudah ada tiga pasangan calon presiden-wakil presiden yang mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Selain pasangan Anies-Muhaimin, ada juga Ganjar Pranowo-Mahfud MD serta Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka yang telah mendaftar.

Pasangan Anies-Muhaimin diusung oleh Partai NasDem, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan Partai Ummat.

Sementara pasangan Ganjar-Mahfud didukung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Persatuan Indonesia (Perindo), dan Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura).

Pasangan Prabowo-Gibran, di sisi lain, mendapat dukungan dari Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), Partai Golongan Karya (Golkar), Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Demokrat, Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Gelombang Rakyat Indonesia (Gelora), Partai Garda Republik Indonesia (Garuda), dan Partai Solidaritas Indonesia (PSI).

Sayangnya, Partai Rakyat Adil Makmur (Prima) tidak lolos menjadi peserta .

Temukan Artikel Viral kami di Google News