HarianLampung.co.id – Surplus Beras Menurun, Masih Sumbang Inflasi di Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa meski produksi beras masih mengalami surplus di masa panen raya, angka surplus menurun dibanding periode tahun sebelumnya.
Hal ini menjadi salah satu faktor penyebab inflasi nasional yang masih didominasi oleh beras.
Kepala BPS, Margo Yuwono, mengatakan bahwa perbandingan antara peningkatan produksi beras dengan konsumsi menjadi salah satu penyebab beras masih menjadi penyumbang inflasi Indonesia.
Selain itu, aspek distribusi juga turut menjadi penyebab beras masih menjadi penyumbang inflasi nasional.
Secara bulanan, terdapat lima kota dengan inflasi beras tertinggi di Indonesia, yaitu Timika, Palangkaraya, Watampone, Mataram, serta Bekasi.
Sementara secara tahunan, inflasi beras tertinggi terjadi di Luwuk, Palangkaraya, Banjarmasin, Palu dan Palopo.
Inflasi beras menyebabkan kelompok makanan, minuman, dan tembakau mengalami inflasi sebesar 0,34 persen (mtm) dan 4,58 persen (yoy).
Selain beras, terdapat komoditas lainnya di kelompok tersebut yang menyumbang andil inflasi terbesar secara bulanan seperti daging ayam ras dan rokok kretek filter.
BPS juga melaporkan bahwa terdapat upaya penguatan sistem cadangan beras regional di Asia Pasifik guna mengatasi masalah ini.
Selain itu, gerakan penganekaragaman pangan juga dicanangkan untuk mengurangi ketergantungan pada beras.
Dengan adanya upaya-upaya tersebut, diharapkan inflasi nasional dapat teratasi dan stabilitas harga pangan dapat terjaga dengan baik.
Artikel ini disadur dari berita yang dilaporkan oleh ANTARA.