HarianLampung.co.id – Jepang tengah menghadapi badai kontroversi terkait langkah kontroversialnya dalam melepaskan air limbah radioaktif dari pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima ke dalam laut.
Meskipun Badan Energi Atom Internasional (IAEA) telah mengeluarkan laporan yang mendukung langkah tersebut, masyarakat global masih meragukan langkah ini.
Kembali ke Tahun 2011: Gempa Bumi Memicu Tragedi Fukushima
Ingatan tragis tentang gempa bumi dahsyat pada tahun 2011 yang melanda pantai pulau Honshu di Jepang belum juga pudar.
Gempa berkekuatan 9,0 tersebut menyebabkan lebih dari 18.000 korban jiwa dan mengilhami bencana di pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi.
Setelah Bertahun-Tahun: Penanganan Air Limbah Radioaktif
Lebih dari satu dekade berlalu sejak tragedi tersebut, usaha penanganan air limbah radioaktif masih menjadi perhatian utama.
Reaktor-reaktor yang terdampak telah berhasil didinginkan dan lebih dari 1,3 juta ton air limbah terkontaminasi telah diolah.
Namun, tantangan muncul ketika ruang penyimpanan yang terbatas mengharuskan air limbah ini dibuang sebagai bagian dari proses penghentian penggunaan fasilitas nuklir.
Komitmen terhadap Kesehatan Manusia dan Lingkungan
Pemerintah Jepang telah secara konsisten menegaskan komitmen mereka terhadap kesehatan manusia dan lingkungan global.
Langkah ini ditegaskan melalui penggunaan Advanced Liquid Processing System (ALPS), yang bertujuan untuk menghilangkan 62 bahan radioaktif yang berbeda dari air terkontaminasi, meninggalkan hanya tritium sebagai komponen tersisa.
Standar Praktik Internasional dalam Penanganan Tritium
Praktik standar dalam fasilitas nuklir di seluruh dunia melibatkan pembuangan air yang mengandung tritium ke dalam sungai dan laut, sesuai dengan regulasi setempat dan hukum yang berlaku.
Pada tahun 2018, fasilitas nuklir La Hague di Perancis merupakan pabrik dengan jumlah pelepasan tritium tertinggi, mencapai 11.400 triliun becquerels (bq).
Namun, bila dibandingkan dengan Jepang yang menggunakan ALPS, jumlah pelepasan tritiumnya berada di bawah 22 triliun bq.
Pelepasan Bertahap: Rencana Masa Depan Fukushima
Tritium akan terus dibuang secara bertahap dari pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima, yang dioperasikan oleh Tokyo Electric Power Co (TEPCO), selama beberapa dekade mendatang.
Setelah melalui proses pengolahan dengan ALPS dan dilanjutkan dengan pengenceran lebih lanjut, air yang dilepaskan hanya mengandung maksimal 1.500 bq tritium per liter air.
Angka ini jauh di bawah standar peraturan Jepang untuk kandungan tritium dalam air, yang ditetapkan sebesar 60.000 Bq/L dan berdasarkan rekomendasi internasional.
Keseimbangan dengan Standar Kesehatan Global
Faktanya, jumlah tritium yang akan dilepaskan jauh di bawah jumlah maksimum yang dianjurkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk air minum, yakni 10.000 Bq/L.
Perlu juga diingat bahwa radiasi dari tritium memiliki tingkat bahaya yang minimal dan bahkan dapat dihalangi oleh benda sepele seperti selembar kertas.
Paul Dickman, seorang peneliti kebijakan senior di Argonne National Laboratory di AS, menegaskan bahwa segala sesuatu yang mengandung air pada dasarnya juga mengandung tritium, karena unsur ini diproduksi secara alami di alam.