HarianLampung.co.id – Kendaraan listrik (EV) semakin mendapatkan sorotan di seluruh dunia, dan Toyota Daihatsu Engineering & Manufacturing telah meramalkan bahwa di ASEAN, kendaraan berbasis listrik akan menjadi pilihan utama hingga mencapai 30 persen dalam beberapa tahun mendatang.
Yoshinki Konishi, Presiden dan Chief Executive Engineer Toyota Daihatsu Engineering & Manufacturing, memberikan pandangannya dalam sebuah diskusi media di Tokyo, Jepang, belum lama ini.
Mari kita eksplorasi lebih lanjut mengenai prediksi ini dan bagaimana perkembangan kendaraan listrik dapat berbeda di negara-negara ASEAN yang berbeda.
Menurut Yoshinki Konishi, Toyota memperkirakan bahwa pada tahun 2030, kendaraan berbasis listrik akan mencapai pangsa pasar sekitar 20 hingga 30 persen di ASEAN.
Ini adalah proyeksi jangka panjang yang menunjukkan pergeseran besar dalam preferensi kendaraan di kawasan ini.
Namun, perlu dicatat bahwa tingkat adopsi kendaraan listrik akan bervariasi di seluruh negara ASEAN, dengan beberapa negara memiliki tingkat lebih rendah daripada yang lain.
Thailand, sebagai salah satu negara industri otomotif terbesar di ASEAN, diprediksi akan mencapai sekitar 20 hingga 25 persen penggunaan kendaraan listrik.
Sementara itu, Singapura, yang dikenal karena infrastruktur yang kuat dan harga listrik yang terjangkau, diproyeksikan memiliki tingkat adopsi kendaraan listrik di atas rata-rata.
Menurut Yoshinki, pemerintah Singapura memberikan insentif berupa pajak yang lebih berat bagi kendaraan non-listrik, mendorong masyarakat untuk beralih ke kendaraan berbasis listrik.
Yoshinki Konishi juga memberikan wawasan tentang kendaraan listrik di Malaysia. Menurutnya, Malaysia mungkin akan menghadapi tantangan dalam meningkatkan adopsi kendaraan listriknya.
Meski ia tidak secara khusus menyebutkan Indonesia, kondisi di kedua negara serumpun ini cukup serupa.
Ketidakmerataan infrastruktur menjadi salah satu hambatan utama. Yoshinki menekankan bahwa meskipun ibu kota mungkin memiliki sejumlah kendaraan listrik, perlu waktu untuk mengembangkan infrastruktur yang mendukung penggunaan kendaraan listrik di luar kota besar.
Sebagai contoh, ia menunjukkan bahwa Kuala Lumpur (KL) dan sekitarnya memiliki infrastruktur yang baik, tetapi ketika Anda pergi ke daerah yang lebih terpencil, Anda mungkin mengalami kendala dalam mengisi ulang kendaraan listrik Anda.
Oleh karena itu, upaya perlu dilakukan untuk meratakan infrastruktur di seluruh negara.