“Saya kemudian mengajak mereka untuk berkomitmen belajar bersama,” ujar Juju. Ia juga memastikan untuk memberikan bimbingan tambahan agar para siswa dapat mengatasi kekurangan ini.
Harapan dan Ajakan Positif
Juju berharap masyarakat tidak menilai siswa-siswa ini secara negatif. Menurutnya, semua anak memiliki potensi dan kemampuan yang berbeda-beda.
“Tidak ada anak yang bodoh, yang ada adalah anak yang belum bertemu guru yang tepat. Semoga saya bisa menjadi guru itu,” tambahnya.
Dalam videonya, Juju juga menyebutkan bahwa banyak faktor yang memengaruhi rendahnya kemampuan numerasi siswa, seperti learning loss akibat pandemi dan kurangnya motivasi belajar.
Kesimpulan
Kisah ini mengingatkan kita bahwa membangun generasi yang cerdas memerlukan dukungan menyeluruh, baik dari tenaga pengajar, orang tua, maupun kebijakan pendidikan.
Di tengah tantangan besar ini, semangat kolaboratif untuk perbaikan sangat penting agar impian Indonesia Emas 2045 dapat tercapai.
Bagaimana pendapat Anda tentang kondisi pendidikan saat ini? Yuk, share opini Anda di kolom komentar!